Mati lampu, ah itu sih biasa!

Malangnya jika tinggal di daerah yang masih berkategori pelosok, selain tersudut dari keramaian kota, ternyata satu hal lagi yang harus dibiasakan. Mati lampu. Nah itu dia, meskipun zaman sekarang listrik sudah menjadi kebutuhan pokok, tapi sepertinya selain itu juga harus dibiasakan untuk bisa menerima keadaan ‘gelap sesaat’. Yang terdengar hanya suara serangga-serangga berderik, tetangga yang berbisik, kendaraan yang sesekali melintasi jalan kecil, serta desahan pengantin baru yang tinggal di sebelah. Xixixi, bercanda..

Kota padang sudah tiga hari ini selalu mati lampu. Meskipun baru tiga hari ini selalu mati lampu, tapi bagi saya ini adalah hal yang biasa. Karena ketika di tempat lain nggak mati lampu, belum tentu di tempat saya. Seperti yang saya bilang di atas, namanya juga pelosok. Jadi mati lampu sepertinya sudah harus menjadi sebuah hal yang biasa. Meskipun sesekali hati berbuat dosa (karena mengumpat ketika mati lampu), tapi ya mau gimana lagi. Orang Padang bilang, “Kaa baa juo lai.., PLN ndak punyo awak doh...!” (Mau gimana lagi, PLN bukan punya saya). Begitulah kira-kira, sabar dalam keterpurukan. Apakah seringnya mati lampu di Kota Padang akhir-akhir ini sebuah pertanda bahwa mati lampu bergilir akan diadakan kembali?! Daripada saya bertanya pada rumput yang bergoyang karena mendengar desahan tetangga malam ini, dhiyat coba googling tentang penyebab mati lampu di Kota Padang akhir-akhir ini saja.

Ayek, Ungku, Ibu, Bapak, Uni, Uda, Adiak, Kemenakan, sabar ya.. “Kaa baa juo lai...”

Tidak ada komentar: